Skip to main content

Goodbye, America.. (Part 2)

Aiman, Mohab dan aku akhirnya melangkahkan kaki ke pintu masuk. Aku lambaikan tangan kepada orang-orang yang dulu asing namun sekarang berakhir menjadi orang-orang yang sangat kukenal. Petugas bandara tersenyum lembut. Memintaku menunjukkan tiket dan paspor, lalu melepaskan apapun selain baju, jeans dan hijab. Setelah itu aku masuk ke dalam tube tempat pemeriksaan.

Kami bergegas menuju waiting room. Sejujurnya aku tak mampu menoleh ke belakang lagi.  Menatap mereka yang masih terpaku menunggu hingga bayangan kami hilang. For one last goodbye, aku tolehkan pandangan ke arah mereka sambil menuntaskan lambaian tangan terakhirku. Kawan, tak pernah terbayangkan seumur hidupku bahwa perpisahan akan semenyakitkan ini. Jika kalian pernah menonton adegan film perpisahan di bandara terlihat amat dramatis, kini aku mengalaminya sendiri.

Tak satupun dari kami berucap sesampainya di ruang tunggu. Kami masih sibuk menata hati masing-masing. Setelah sekian banyak potongan hati hilang, kini kuambil kamera digital dari ransel. Kupandangi momen-momen yang aku abadikan lewat lensa itu. Bisakah kalian bayangkan, Kawan? Lebih sulit mana antara meninggalkan kehidupan 17 tahun untuk satu tahun lamanya dan kembali, dibandingkan meninggalkan hidup satu tahun untuk selamanya dan mungkin tak pernah kembali?

Sejam lagi, pesawat kami berangkat. Temanku mendekati layar jadwal. Tiba-tiba pemberitahuan delay dari petugas bandara terdengar. Kami dijadwalkan berangkat pukul 13.00 waktu setempat ke bandara O’hare International Airport di Chicago. Akhirnya, kami memutuskan membeli makan siang. Setelah itu, pengumuman berikutnya muncul. Untuk kedua kalinya, keberangkatan harus ditunda karena cuaca buruk sampai pukul 16.00. Rasa bosan memuncak hingga kami bertingkah aneh membuat video dengan adegan aku mengesot di lantai karena lelah menunggu lebih dari 5 jam. Banyak pasang mata tertuju pada kami. Namun percayalah, Kawan, ketika kau berada di negeri orang, rasa malu untuk melakukan tingkah aneh sirna seketika. Apalagi jika kau bersama teman-teman.

Jantung kami berdebar saat ada pengumuman lanjutan. Dengan berat hati, petugas memberi tahu bahwa penerbangan hari ini harus cancel dan mohon untuk melapor ke loket. Saat itu juga kami bersorak-sorai kegirangan. Tak pernah terlintas dalam bayangan hal ini akan terjadi. Sudah bengkak dan berlinang air mataku karena akan pergi selamanya, Allah malah batalkan dan memberi satu hari lagi penuh kenangan.

Kami menelepon Rebekah untuk segera mengurus keberangkatan. Kurasa semesta kala itu mendengar harapan kami untuk tinggal sedikit lebih lama lagi. Akhirnya kami dijemput kembali oleh masing-masing keluarga angkat di tempat es krim paling populer seantero Bluffton sambil merayakan ketidakpulangan kami.

Tiba di rumah bersama daddy, aku seperti baru merantau dan seolah kembali pulang ke rumah. Malam itu, kuhabiskan waktu untuk ngobrol dan bermain dengan orang tua dan adik-adikku. Hari paling membahagiakan. Tapi kali ini tanpa kesedihan. Sengaja aku tidur bersama adik-adikku dan anjing peliharaan, Momo dan Lacy, di basement untuk terakhir kalinya.

Esok hari adalah hari keberangkatan sesungguhnya. Daddy, Grandma Grandpa dan anak-anak tak lagi mengantarku. Kemarin sudah ikut untuk menyaksikan kepergianku yang tidak jadi. Hanya ada Mommy. Kali ini tak kubiarkan air di mata ini tumpah agar yang lainnya tak ikut menangis. Namun, tiba-tiba Rio, adikku, sudah berlinang air mata saat memelukku. Cheo dan Mylia pun ikut menangis. Sudah kutahan, tapi tak bisa. Aku bergegas masuk mobil. Roda melaju sambil kulambaikan tangan dengan jilbab yang sudah basah. Sepanjang jalan, kami tak banyak berbicara. Lagi-lagi aku harus menata hati yang hancur lagi.

Di bandara sudah menunggu teman-temanku dan keluarganya. Sebelum berangkat, kami sempat makan bersama. Aku mempersembahkan lagu Leaving On A Jet Plane sambil sedikit terisak. Waktu sudah semakin dekat dengan panggilan untuk masuk ke ruang tunggu. Ah, jangan lagi menangis kupikir. Ternyata benar, lambaian benar-benar terakhir kulakukan tanpa air mata.

Meski nanar, hati ini sudah ikhlas. Ikhlas bahwa yang bertemu pasti akan berpisah. Itu sudah hukum alam. Aku pun sudah terbiasa dengan pertemuan dan perpisahan di waktu yang bersamaan selama masa pertukaran. Kali ini, aku membawa dan meninggalkan kenangan dengan senyuman.

Tak ada delay lagi hari ini. Tak ada cancel lagi hari ini. Kami siap naik ke pesawat untuk meninggalkan dunia mimpi dan kembali menghadapi kenyataan. Rute penerbangan hari ini dari Fort Wayne menuju Atlanta lalu berangkat ke Washington DC. Penerbangan ini cukup melelahkan. Banyak menunggunya. Banyak eksporasinya. Beruntungnya di bandara Atlanta ada beberapa spot indah berwarna warni. Lumayan untuk cuci mata. Kami benar-benar mengelilingi bandara dengan menggeret-geret koper dan tentengan segudang. We were born strong.

Kami tiba di bandara Ronald Reagan Washington sekitar pukul 9 malam. Diantar langsung ke lokasi orientasi. Malam itu malam penutupan orientasi—agenda perayaan telah menyelesaikan program sekaligus merayakan kesedihan kembali ke kampung halaman.

Pagi-pagi sekali kami harus berangkat ke Dulles International Airport—bandara yang menjadi lokasi syuting video klip lagu Jet Lag – Simple Plan. Rute penerbangan kali ini mengikuti arah perputaran bumi, dari barat ke timur. Dari Amerika bertolak ke Narita International Airport Jepang. Lalu tembak langsung ke Jakarta.

Armada Jepang yang kami tumpangi akhirnya mendarat di negeri tercinta. Tak kusangka, perjalanan setahun akan terasa secepat liburan tiga hari saja. Kami sudah disambut ramai oleh kakak-kakak panitia re-orientasi yang sumringah raut wajahnya seolah mereka ingin berkata, “Selamat datang kembali ke dunia nyataaa! Setahun kemarin hanya mimpi sajaa!”

Ketika reorientasi kami “dipaksa” menyesuaikan diri kembali dengan segala tantangan hidup di daerah masing-masing. Hari terakhir orientasi, orang tua sudah harap-harap cemas melihat apa-apa yang berubah dari anak mereka. Warna rambutnya, kah? Badannya yang semakin gemuk, kah? Pipiya yang semakin chubby, kah? Atau apakah tingkah lakunya sudah mirip remaja Amerika?

Satu hal yang pasti, kulihat ayahku di ujung sana menunggu. Air sudah menggenangi kedua mata sayunya. Air mata rindu dan bangga bercampur jadi satu. Tak ada yang lebih membahagiakan bagiku kala itu selain melihat kebanggaan dalam diri ayahku. Kebanggaan melihat anak gadis 17 tahunnya menjejakkan kaki di Amerika.

Akhirnya, aku pulang. Ternyata makna pulang bukan lagi sekadar rumah tempat aku dilahirkan, tapi tempat dimana aku berada dengan orang-orang yang kucinta.

Comments

Popular posts from this blog

Dapat Beasiswa Pelatihan Karir Digital Talent Scholarship dari Kominfo x Rakamin

digitalent.kominfo.go.id Terhitung dari tahun lalu hingga sekarang, sudah setahun aku memegang akun media sosial sebuah kursus bahasa asing online bernama @daretotry_id yang didukung oleh BibitBahasa sebagai content creator akun tersebut. Dare to Try sendiri menyediakan program belajar bahasa Inggris, bahasa Korea, dan bahasa Jepang. Ntar aku bahas sendiri yah, hihi. Tiba-tiba di suatu siang, WhatsApp ku berbunyi tanda chat masuk. Ternyata kakakku mengirimkan sebuah flyer berisi program beasiswa belajar Digital Marketing. Program itu bernama Digital Talent Scholarship yang diselenggarakan oleh Kominfo bekerja sama dengan startup pendidikan bernama Rakamin. Awalnya aku sempat ragu untuk mendaftar. Tapi setelah berpikir panjang, aku ikut seleksinya karena aku ingin mengoptimasi akun sosial media yang aku pegang untuk meningkatkan brand awareness dan mendatangkan banyak conversion. Apa itu Rakamin? rakamin.com Rakamin adalah salah satu startup pendidikan berbasis online yang berfokus p

Career Shifting Digital Marketing di Rakamin Academy

sumber: beritakubaru “Aku mau punya karir di bidang digital”, kata-kata ini jadi awal mula atas keputusan impulsif yang aku buat awal tahun 2022: career shifting , mengubah jalan karir di dunia digital. Ini bukan kali pertama aku bergelut dalam dunia digital. Sudah setahun berjalan membuat konten harian di Instagram dengan ilmu desain grafis yang cetek. Hanya bermodal percaya diri dan kemampuan desain seadanya. Tapi aku suka. Entahlah, sesuatu yang kita suka membuat kita bertahan. Akhirnya, aku memutuskan untuk mengasah kemampuan di bidang digital marketing lebih dalam lagi. Berdasarkan laporan dari World Economic Forum Tahun 2021 yang bertajuk The Future of Job, digital marketing and strategy specialist masuk ke dalam 10 jenis pekerjaan paling dicari . Ini berarti digital marketing adalah salah satu bidang pekerjaan yang akan semakin dipakai di era teknologi yang makin canggih ini. Setelah berbagai pertimbangan, akhirnya aku memutuskan untuk memilih Bootcamp Digital Marketing Rak

4 Destinasi Di Tangkahan Yang Wajib Dikunjungi!

Konserasi Gajah Tangkahan Keindahan Tangkahan memang tak ada habisnya. Meski jauh di pedalaman dan butuh perjuangan untuk sampai ke sana, tapi percayalah hasilnya tak mengecewakan.     Selama 2 hari 1 malam di Tangkahan, apa saja yang menjadi destinasi wisata di The Hidden Paradise itu? Simak di bawah ini! 1. Konservasi Gajah CRU, Tangkahan (sumber: jendelamamak.com ) Tangkahan adalah salah satu lokasi konservasi atau penangkaran gajah di Sumatera Utara. Berwisata ke Tangkahan tak sah rasanya bila tidak mengunjungi tempat konservasi gajah ini. Salah satu aktivitas bersama gajah adalah Elephant Bathing atau memandikan gajah. Biasanya dimulai jam 8.30 pagi. Tentu saja ada Mahot alias pawang gajah yang selalu berada di dekat gajah. Jadi jangan khawatir. Setiap orang dikenakan tarif Rp. 100.000 untuk elephant bathing di sungai. Selain memandikan gajah, kamu juga bisa naik gajah dengan tarif Rp. 30.000 per orang dan trekking mengelilingi hutan bersama gajah seharga Rp. 650.000 – Rp. 850.000