Belajar di luar negeri sudah pasti jadi impian banyak orang. Apalagi kalau belajar ke salah satu negara maju di Eropa, Amerika, ataupun Asia. Khususnya untuk anak-anak muda yang semangat belajarnya masih tinggi untuk masa depan lebih baik. Tersimpan banyak hal yang membuat orang penasaran bagaimana pendidikan, perilaku, bahkan keindahan alam terhampar di negeri nun jauh di sana. Setelah aku mengalami sendiri, aku benar-benar paham kenapa belajar di luar negeri menjadi hal yang diidam-idamkan banyak orang. Yuk, simak alasan di bawah ini tentang kenapa kamu perlu belajar di luar negeri. Cerita ini lebih banyak menuliskan pengalamanku belajar di Amerika Serikat.
1. Memperluas Cara Berpikir
Tak dipungkiri, selama berada di luar negeri banyak hal yang aku pelajari dan pahami. Jika kalian sering dengar kata open-minded atau berpikiran terbuka, istilah ini menjadi akrab dalam kehidupanku di Amerika. Open-minded diartikan sebagai penerimaan bahwa faktanya banyak sekali hal yang kita tidak ketahui dan kita perlu belajar lagi. Apalagi soal kebiasaan, adat dan budaya negara lain.
Sebagai siswa atau mahasiswa internasional, pasti kita akan bertemu dengan siswa dari berbagai negara di dunia. Aku jadi ingat dengan salah satu temanku sesama siswa pertukaran pelajar yang berasal dari Nigeria. Dia bercerita kalau banyak laki-laki di Afrika lebih suka dengan wanita gemuk. Wanita gemuk dianggap sebagai idola dan wanita paling cantik. Mungkin terdengar asing bagi kita, namun sangat penting bagi mereka.
Dikenal sebagai negara yang menjunjung tinggi kebebasan individu dilihat dari semboyannya "Land of the Free" dan sangat heterogen penduduknya, tentu Amerika terdiri dari bermacam-ragam budaya. Aku belajar banyak darinya.
Namun, bagi mereka tak ada budaya yg lebih baik atau lebih buruk. Ini hanya soal berbeda sudut pandang saja. Belum lagi ketika berjumpa dengan teman-teman sesama pertukaran pelajar dari berbagai negara, bagaimana pun kebiasaan mereka tidak boleh sembarang dihakimi. Satu hal bisa jadi baik di sebuah tempat, tapi belum tentu baik di tempat lain. Dan kita tidak berhak menghakimi bahwa budaya orang lain lebih buruk atau mengklaim budaya kita lebih baik dari budaya mereka. Ya, mungkin lebih baik menurut kebiasaan kita. Tapi, apa dasar "lebih baik" yang menjadi ukuran kita? Dan lagi kita hanya berbeda.
2. Belajar Disiplin
Apa kalian pernah melihat orang menerobos lampu merah di tempat kalian tinggal atau daerah yang pernah kalian kunjungi. Atau bahkan sering? Itu salah satu bentuk ketidak-disiplinan banyak warga kita. Ketika aku berada di Amerika, nilai kedisplinanku diuji.
Waktu itu, aku pergi dengan temanku naik mobil di malam hari. Kami mendekati persimpangan lampu lalu lintas yang sebentar lagi berubah menjadi warna merah. Jalanan sangat sepi sekitar pukul 10 malam. Sampai tepat di belokan persimpangan, aku kira temanku akan menerobos lampu merah karena fix banget nggak ada kendaraan yang lewat selain kami saat itu. Tapi, ternyata temanku berhenti dan menunggu sampai lampu hijau kembali. Dari situ aku benar-benar jleb. Kok bisa temanku begitu patuh dengan aturan. Padahal jalan yang lengang bisa memanjakan kemudi untuk langsung belok. Tapi dia lebih memilih berhenti dan menunggu hingga lampu hijau lagi.
Disiplin waktu juga sangat penting bagi orang Amerika. Waktu adalah hal yang berharga. Misalnya, jika acara mulai pukul 10.00 pagi, maka 15 atau 30 menit sebelumnya orang sudah berdatangan karena acara selalu mulai tepat waktu.
Selain itu, jalanan utama kota-kota besar seperti New York, Chicago dan lainnya biasanya dipenuhi pejalan kaki yang berjalan sangat cepat. Seakan tak peduli dengan sekelilingnya. Ketika aku pergi ke Chicago, saat itu trotoar padat dan sesak, beberapa kali aku tertabrak para pejalan kaki karena sibuk merekam video. Pun ketika pertama kali masuk sekolah, aku terkejut. Orang-orang berjalan sangat cepat. Hanya beberapa orang yang jalan dengan santai. Sedangkan di Indonesia, orang-orang termasuk aku lebih banyak berjalan dengan santai. Awalnya aku merasa asing, tapi lama-kelamaan aku terbiasa berjalan cepat. Hal itu terbawa sampai sekarang.
Selama di luar negeri, jiwa kedisiplinan akan diuji dan berubah jadi kebiasaan sehari-hari.
3. Berani Berpendapat
Persoalan berpendapat ini mengingatkanku dengan masa pertukaran pelajar dulu. Anak-anak di sana sudah mulai ditanamkan paham "your voice matters", pendapat seseorang itu berharga. Keberanian ini diajarkan sejak kecil oleh para orang tua, termasuk orang tua angkatku kepada anak-anak mereka. Jika kau tidak setuju dengan pendapat orang lain, kau sangat boleh mengeluarkan pendapatmu sendiri. Amerika memang dikenal dengan negara yang menjunjung tinggi freedom of speech atau kebebasan berpendapat warganya. Kebebasan ini dijamin dalam Amandemen I Konstitusi Amerika.
Tak jarang antara anak dan orang tua saling melontarkan pendapat satu sama lain. Anak-anak Amerika bukan tipe yang ngangguk-ngangguk saja di hadapan orang tuanya. Orang tua sangat terbuka untuk berdiskusi dengan anak. Sehingga keputusan diantara mereka adalah keputusan yang perlu didiskusikan dan disepakati bersama. Tak hanya anak dan orang tua, antara siswa dan guru pun seringkali saling beradu argumen di kelas. Guru dan siswa lebih terlihat seperti teman yang mudah untuk berdiskusi dan bercerita. Hal itu lumrah dan sah-sah saja bagi mereka.
Aku sendiri bukan tipe orang yang mudah mengutarakan pendapat karena aku takut salah beropini atau menyinggung perasaan orang lain. Namun, selama bertukar di sana, mau tidak mau, suka tidak suka, lingkungan membentuk diriku untuk bisa dan berani berpendapat.
Itulah 3 hal yang bisa kalian dapatkan jika nanti berkesempatan belajar di luar negeri. Itu masih 3 ya, mungkin ada puluhan atau ratusan manfaat dan berdampak ke hidup kamu di masa depan kalau sempat menempuh pendidikan di luar negeri apalagi negara maju.
Comments