Keindahan alam Indonesia memang tak ada habisnya. Begitu pula dengan Sumatera Utara yang menyimpan kekayaan budaya dan panorama. Kalian belum benar-benar ke Sumut kalau belum melihat pesona Danau Toba. Unesco bahkan telah menetapkan danau terbesar di Asia Tenggara dan danau terbesar kedua di dunia ini sebagai Geopark dunia.
Tepat sebelum pandemi, aku
bersama teman-teman melakukan pendakian singkat sekaligus berkemah di salah
satu puncak deretan bukit di sekitar Danau Toba, yaitu Bukit Holbung. Bukit ini
sangat unik dan populer dengan nama Bukit Teletubbies, karena bentuknya persis
seperti yang ada di serial anak zaman dulu yaitu Teletubbies. Terdapat delapan
bukit yang menyuguhkan pemandangan hijau nan indah.
Kami memulai perjalanan dari
Medan dengan naik kereta api ke Siantar. Kereta berangkat pukul 2 siang dan
sampai pukul 5.15 sore. Kami menginap semalam di rumah salah satu teman sebelum
melanjutkan perjalanan, membeli makanan persediaan, dan meminjam tenda.
Keesokan paginya, perjalanan kami
lanjutkan dengan menyewa sebuah mobil untuk menyeberangi Danau Toba dari
Pelabuhan Ajibata ke Ambarita. Karena membawa mobil, tiket dihitung per mobil
seharga kurang lebih Rp. 135.000. Penyeberangan yang memakan waktu kurang lebih
satu jam ini memberi kesempatan para penumpang untuk memandang keindahan sekeliling
Danau Toba.
Perjalanan dari pelabuhan ke
titik kumpul Bukit Holbung memakan waktu sekitar 1 jam 30 menit. Meski cukup
lama, namun pemandangan asri kanan dan kiri membuat waktu tersebut tak terasa.
Jangan lupa buka kaca mobil sesekali untuk menghirup kesegaran udara.
Ketika rute mulai menanjak di jalan menuju bukit, ada beberapa bagian jalan yang sengaja dibuat berbatu. Setelah sampai di pos yang sebenarnya warung makanan ringan, kami harus membayar Rp. 10.000/orang sebagai biaya retribusi.
Kami sampai di titik kumpul terlalu
sore. Cuaca mulai tak bersahabat. Kami bergegas mendaki dari bukit satu ke
bukit lainnya. Ternyata mendaki memang melelahkan. Padahal, temanku bilang ini
baru pemanasan karena medan jalannya tak begitu jauh dan curam. Pendakian ini
cocok untuk pemula. Hanya memerlukan waktu kurang lebih 30 menit untuk sampai
di puncak.
Sebelum sampai puncak, hujan turun.
Langit makin gelap. Biasanya hujan turun di sore hari. Maka, disarankan untuk
sampai di puncak sebelum sore. Tenda langsung kami dirikan. Beruntung sudah
simulasi malam sebelumnya, jadi sudah paham.
Hujan sudah reda. Angin malam
sangat menusuk tulang. Waktu yang tepat untuk membuat api unggun dan masak mie
instan. Pemandangan bintang-bintang di langit dari atas puncak bukit menjadi
berkali-kali lipat indahnya.
Ketika membuka tenda di pagi
hari, ada perasaan yang tak bisa diungkap dengan kata-kata. Hanya rasa syukur
sambil menikmati hamparan pesona Danau Toba. Kelelahan mendaki terbayarkan saat
melihat biru air Danau Toba dan bukit yang mengelilinginya.
Danau Toba, Bukit Holbung, dan
jajaran bukit di sekitarnya adalah keindahan yang sempurna. Solat Subuh dengan
pemandangan Danau Toba di depan adalah bukti kebesaranNya. Spot foto memang
itu-itu saja, tapi berapa pun banyaknya foto takkan pernah cukup karena takjub.
Sekitar jam 11 siang kami
berkemas. Siap untuk turun. Mengejar kapal ferry untuk kembali ke Siantar yang
berangkat pukul 1 siang.
Jika ada kesempatan, aku pasti
akan kembali ke sini--atau mendaki ke puncak yang lebih tinggi.
Kalian tunggu apalagi? Bukit
Holbung menanti!
x
Comments
Mau ke situ ..
Gak susah kan nanjak nya dek?
Pengen bawa anak juga ke sana..
Belom pernah ke bukit holbung.
Palingan pinggiran danau toba aja.
Awak penakut..